Kamis 11 Jan 2024 19:37 WIB

Mikroplastik Ancam Indonesia, Founder EcoNusa: Masyarakat Bergantung pada Plastik

Lebih dari 250 juta orang Indonesia masih bergantung pada pemakaian plastik.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Cemaran mikroplastik di Indonesia terkait dengan ketergantungan terhadap plastik yang masih sangat tinggi.
Foto: www.freepik.com
Cemaran mikroplastik di Indonesia terkait dengan ketergantungan terhadap plastik yang masih sangat tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Founder & CEO EcoNusa, Bustar Maitar, mengungkapkan bahwa sampah plastik termasuk mikroplastik telah mencemari tanah, air, udara hingga makanan yang dikonsumsi. Karena itulah, selain berdampak buruk pada lingkungan, senyawa kimia yang terkandung dalam sampah plastik juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Menurut Bustar, cemaran mikroplastik di Indonesia terkait dengan ketergantungan terhadap plastik yang masih sangat tinggi, seperti untuk kemasan makanan dan minuman, kantong berbelanja, hingga peralatan rumah tangga.

Baca Juga

"Bayangkan, lebih dari 250 juta orang Indonesia bergantung pada penggunaan plastik dan terus meningkat setiap tahunnya," kata Bustar saat dihubungi Republika, Kamis (11/1/2024).

Ia menjelaskan bahwa sumber polusi plastik sangatlah kompleks karena hampir semua industri berkontribusi pada kerusakan lingkungan dan ancaman kesehatan akibat penggunaan plastik. Tanggung jawabnya tersebar di seluruh rantai pasokan dan penggunaan produk. Upaya untuk mengurangi dampak plastik perlu melibatkan berbagai sektor industri, konsumen, dan kebijakan pemerintah. 

“Sebenarnya banyak upaya juga yang dilakukan untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan mempromosikan bahan pengganti yang lebih ramah lingkungan, tetapi hasilnya belum signifikan karena regulasi dan penegakan hukum yang belum diterapkan dengan tegas,” kata dia.

Sementara itu, menurut Bustar, perhatian pemerintah terhadap masalah plastik, mikroplastik, dan nanoplastik di Indonesia semakin meningkat, dan telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi isu-isu ini. Contohnya di beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Bali, melarang penggunaan kantong plastik mulai tahun 2020. 

“Kampanye kesadaaran masyarakat juga semakin gencar dilakukan sebagai sarana edukasi tentang bahaya plastik dan pentingnya mengurangi penggunaan plastik. Ditambah lagi penyediaan infrastruktur pengelolaan sampah yang saat ini juga semakin ditingkatkan. Upaya ini adalah perkembangan positif yang harus terus kita dukung semua pihak,” kata dia.

Sebagai organisasi yang berfokus pada lingkungan, lanjut Bustar, EcoNusa juga ikut aktif terlibat untuk mengurangi penggunaan plastik. Sebagai contoh, bersama dengan para relawan dan anak muda kami yang tergabung dalam EcoDefender dan Penjaga Laut, pihaknya menggalang kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai kegiatan, salah satunya Aksi Muda Jaga Iklim.

Melalui Aksi Muda Jaga Iklim, setiap tahunnya ribuan anak muda dari seluruh Indonesia bergabung untuk melakukan aksi bersih pantai, tanam mangrove, berkomitmen tidak menggunakan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini, kata Bustar, menunjukkan antusiasme anak muda untuk ikut terlibat dalam aksi yang menuntut perubahan perilaku, tetapi tetap harus didukung oleh regulasi pemerintah.

“Meskipun memang harus diakui juga masih banyak juga tantangan besar yang harus kita hadapi, termasuk dalam hal penegakan hukum, infrastruktur pengelolaan sampah, dan perubahan perilaku masyarakat,” kata Bustar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement